Kategori
blog bola Piala Dunia

Seputar Qatar 2022: Lahirnya Bintang Baru dan Perubahan Tren Taktik

Piala dunia 2022 yang akan usai telah melahirkan bintang baru di lapangan hijau serta menjadi saksi perubahan tren taktik sepakbola. 

Tak terasa piala dunia 2022 akan segera berakhir. Gelaran pesta bola dalam 29 hari ini telah menghasilkan kisah-kisah tersendiri baik di dalam maupun di luar lapangan. Isu drama ban kapten OneLove untuk mendukung kaum liyan, pecahnya sejumlah rekor tertentu, isu ancaman internal kepada timnas Iran, wafatnya dua jurnalis dan satu petugas keamanan, kinerja wasit-wasit yang disorot yang berujung pada pemulangan dua diantaranya hingga kejutan tim-tim Asia dan Afrika plus tersingkirnya sejumlah tim elit di babak awal. 

Di samping itu, Qatar 2022 juga telah menghadirkan para bintang baru yang siap bersinar di turnamen-turnamen berikutnya plus perubahan tren taktik yang bisa dibilang sedikit mengkhawatirkan. Berikut ini adalah ulasannya.

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI W88

Para Bintang Baru di Piala Dunia 2022

Piala Dunia tahun ini telah melahirkan sejumlah bintang baru yang tidak atau belum terdengar sebelumnya. Beberapa pemain tersebut sebenarnya bukan diplot sebagai pemain utama sepanjang turnamen namun mereka justru berkesempatan untuk bersinar kali ini. Berikut ini adalah nama-nama bintang baru tersebut. 

Enzo Fernandez adalah salah satu nama yang paling banyak menyita perhatian. Gelandang Benfica berusia 21 tahun ini berhasil menampilkan perannya sebagai dirigen di lapangan tengah dalam memainkan tempo dan menyuplai bola ke berbagai posisi layaknya Sergio Busquets di Barcelona. Namanya pun jadi incaran banyak klub besar di bursa transfer nanti mulai dari Real Madrid hingga Liverpool. Sejatinya Fernandez merupakan pelapis dari Leandro Paredes dan Guido Rodriguez namun kemampuannya membaca permainan membuat pelatih Lionel Scaloni tak ragu untuk mempercayainya sebagai gelandang bertahan tim usai takluk dari Arab Saudi di partai perdana. Sejauh ini, Fernandez telah mengemas satu gol dan satu umpan gol di Qatar.

Masih dari kubu tim Tango, ada nama Julian Alvarez. Penyerang muda Manchester City tersebut sejatinya merupakan pelapis striker Inter Milan, Lautaro Martinez. Namun karena performa mengecewakan Martinez, Alvarez pun dipilih sebagai tandem Leo Messi di lini depan. Eks bintang River Plate itu pun  tidak mengecewakan dengan kontribusi empat gol sepanjang kompetisi ini. 

Albiceleste juga kini memiliki bintang baru di lini tengah yang mengisi posisi Giovanni Lo Celso yang cedera sebelum kick off membuatnya tidak bisa bergabung dengan skuad, yaitu Alexis Mac Allister. Gelandang Brighton ini langsung bisa nyetel dengan skema Scaloni di laga kedua melawan Meksiko. Pemain berusia 23 tahun ini telah menyumbang gol di laga ketiga versus Polandia. 

Dari kubu Kroasia ada nama Dominik Livakovic. Kiper 27 tahun ini harganya melambung tinggi usai menjadi bintang Vatreni selama turnamen dengan membawa timnya lolos ke semifinal lewat dua adu penalti di fase knockout versus Jepang dan Brasil. Punggawa Dinamo Zagreb ini pun menjadi penerus Danijel Subasic yang pas setelah ia pensiun dari timnas usai final edisi 2018. 

Ada juga Sofyan Amrabat dari Maroko. Gelandang box-to-box enerjik ini menjadi andalan Singa Atlas hingga bisa menjadi semifinalis kali ini. Pemain yang merumput bersama Fiorentina ini menjadi pemain pertama yang bertahan dan menyerang di tim asuhan Walid Regragui meski tidak langsung berkontribusi dengan gol maupun umpan gol. 

Sementara beberapa nama lain yang berasal dari tim-tim diluar para semifinalis adalah penyerang Jepang Ritsu Doan dan penyerang Portugal, Goncalo Ramos. Nama Doan mencuat setelah mencetak dua gol krusial saat mengalahkan Spanyol dan Jerman di babak penyisihan. Sementara, Goncalo Ramos menjadi sorotan setelah mencetak hattrick di babak 16 besar saat menghajar Swiss 6-1. Pasang taruhan anda untuk laga final piala dunia 2022 di link alternatif W88. 

Tren Taktik Baru di Qatar 2022

Piala dunia 2022 juga menandai perubahan tren pada taktik yang digunakan oleh tim-tim yang berlaga. Jika awal dekade 2010an atau sebelumnya, penguasaan bola menjadi kunci dalam memenangkan pertandingan, saat ini justru tidak menjadi sebuah keharusan. Sebagian besar tim-tim yang lolos ke babak fase gugur justru tidak mengandalkan penguasaan bola dalam taktiknya. Mereka lebih mengandalkan permainan pragmatis dan pressing ketat dengan mengutamakan serangan balik cepat yang efektif. Empat semifinalis di piala dunia kali ini pun lebih sering mengandalkan serangan cepat nan berbahaya saat menguasai bola ketimbang memainkan penguasaan bola dengan berlama-lama. 

Dari segi membangun serangan, efektivitas menjadi kunci. Tim-tim yang masih mengandalkan ball possession seperti Spanyol dan Jerman justru sudah keok masihg-masing di 16 besar dan fase grup. Tak heran jika tidak banyak peluang yang diciptakan. Meski begitu, kualitas peluang-peluang yang ada justru meningkat dalam dua edisi piala dunia terakhir. Kualitas serangan ke pertahanan lawan lebih diutamakan daripada jumlah peluang yang dihasilkan. 

Tren taktik tersebut juga sedikit dipengaruhi oleh semakin banyaknya pergantian pemain yang dibolehkan dari tiga menjadi lima. Sekilas aturan tersebut tidak berkaitan langsung dengan taktik. Namun, perubahan tersebut membuat tim lebih leluasa melakukan modifikasi taktik di babak kedua. Sebisa mungkin sebuah tim tidak kebobolan dan memasukkan para punggawa yang dapat membantu mencetak gol kemenangan. 

Tren taktik baru ini tentu sedikit mengkhawatirkan mengingat sepakbola pragmatis dan negatif bisa kembali populer seperti di piala dunia 1990 lalu yang berpotensi membuat laga-laga kian membosankan. Akankah sepakbola menyerang dengan penguasaan bola kembali menjadi tren di masa depan? Hanya waktu yang bisa menjawab.