Aturan gol tandang resmi dihentikan di kompetisi-kompetisi elite dunia di tahun 2022 setelah berlaku sekian lama, baik di Eropa ataupun wilayah Amerika Selatan.
UEFA sebenarnya telah menghilangkan aturan gol tandang tersebut sejak awal musim ini. Badan sepakbola Eropa tersebut berpendapat demikian karena kondisi penularan COVID-19 di Eropa yang meningkat di tahun 2020 sehingga hampir seluruh pertandigan berlangsung tanpa penonton. Sehingga aturan tersebut tidak lagi relevan mengingat aturan tersebut dibuat agar tim tamu tetap tampil menyerang dan berusaha untuk mencetak gol. Saat ini atmosfir pertandingan baik di partai kandang dan tandang tak jauh berbeda karena adanya standarisasi bagi fans tim, tingkat kualitas stadion hingga fasilitasnya.
Kini, giliran konfederasi sepakbola Amerika Selatan yang ikut memutuskan untuk menghilangkan aturan gol tandang. Kompetisi Piala Libertadores dan Sundamericana 2021 menjadi turnamen regional terakhir yang menggunakan aturan tersebut, yang menguntungkan juara bertahan Palmeiras di semifinal usai menyingkirkan Atletico Mineiro dengan agregat 1-1 (bermain 0-0 di kandang dan menahan lawan 1-1 di partai tandang).
Sejarah Gol Tandang di Kompetisi Antar Klub Elit
Aturan gol tandang diperkenalkan pertama kali oleh UEFA di dekade 1960an, tepatnya di Piala Winners musim kompetisi 1965/66 putaran kedua di pertandingan antara Budapest Honved asal Hungaria melawan Dukla Praha asal Cekoslovakia. Saat itu Piala Winners merupakan kompetisi antar klub Eropa kelas dua dibawah Liga Champions (atau dahulu disebut Piala Kejuaraan Eropa dan Piala Champion). Setelah itu, berurutan di dua musim berikutnya, gol tandang diberlakukan di Piala Fairs (setara dengan Liga Konferensi Eropa saat ini) pada musim 1966/67 dan di kompetisi antar klub tertinggi Piala/Liga Champions di musim 1967/68.
Sejak saat itu, gol tandang menjadikan laga-laga leg kedua di babak-babak yang menentukan di Liga Champions, Piala Winners dan Piala UEFA (sebelum kedua kompetisi tersebut dilebur menjadi satu yang merupakan benih Liga Eropa saat ini) kian seru dan dramatis mengingat satu gol tandang bernilai ganda. Bahkan di sejumlah edisi final Piala UEFA juga bergantung pada aturan ini untuk menentukan juara, terutama saat final masih menggunakan format tandang-kandang di musim 1971/72 hingga 2006/07.
Tercatat ada tiga edisi final yang begitu ketat sehingga harus mengandalkan aturan gol tandang ini, yaitu di musim 1976/77, 1979/80 dan 1991/92. Pada tahun 1977, Juventus diuntungkan dengan gol tandang saat kalah 1-2 dari Athletic Bilbao di leg kedua setelah unggul 1-0 leg pertama. Tiga tahun kemudian, Eintracht Frankfurt sukses menjadi kampiun usai menang 1-0 di laga kedua, sementara di leg pertama, mereka takluk 2-3 dari Gladbach. Sedangkan di musim 1991/92, Ajax menjadi juara setelah hanya bermain seri tanpa gol di kandang sendiri usai menahan Torino 2-2 di partai pertama. Musim 2020/21 adalah musim terakhir diterapkannya aturan tersebut. Pasang taruhan anda di laga-laga Liga Eropa di link alternatif W88.
Uniknya, CONMEBOL baru mengadopsi aturan ini baru saja di dua dekade silam, tepatnya di tahun 2005 dan diberlakukan hingga partai final hingga 2008, dimana saat itu klub asal Ekuador LDU Quito sukses menjadi jawara Amerika Latin usai membekuk Fluminense dari Brasil Debian skor 3-1 di kandang sendiri usai kalah 2-4 di laga tandang. Selanjutnya aturan tersebut hanya berlaku di babak knockout sampai semifinal saja sebelum diakhiri tahun lalu.
Gol Tandang di Kompetisi Antar Negara
Lalu apakah gol tandang sepenuhnya hilang dalam sepakbola? Tampaknya belum jika merujuk pada kompetisi antar negara. Babak playoff Piala Dunia 2022 nanti masih memberlakukan aturan ini, terutama di laga playoff internasional dan zona Afrika yang masih menganut sistem partai kandang-tandang. Untuk playoff zona Eropa, UEFA telah menggantinya dengan sistem satu laga bagi setiap tim di babak semifinal sebelum melaju ke final, yang juga dengan satu laga.
Di zona Asia, untuk perebutan tiket menuju playoff internasional, peringkat ketiga terbaik dari masing-masing grup juga akan bertanding dengan sistem tandang-kandang. Aturan gol tandang juga masih berlaku disini.
Pengganti Aturan Gol Tandang
Sebagai penggantinya, maka dalam babak-babak dengan laga kandang-tandang, jika kedua tim sukses meraih kemenangan, maka jumlah gol aggregat yang akan dijadikan pertimbangan lebih dahulu untuk menentukan lolos tidaknya sebuah tim. Bila agregat gol masih sama, maka kedua tim harus melanjutkan hingga adu penalti untuk menentukan pemenang. Sistem ini sudah sempat diberlakukan oleh CONMEBOL sebelum tahun 2005.